Romantika Kehidupan di Pesantren


Kehidupan di Pesantren itu tak ubahnya seperti sebuah pohon.Semakin tinggi maka semakin kencang pula angin yang menerpanya.Kalau akarnya tidak menancap kuat maka alamat akan tumbang tak tersisa.

Begitupun adanya kehidupan di Pesantren manapun.Semakin lama,semakin banyak cobaan yang datang menghampirinya.Terbukti dari sekian banyak jumlah Santri di kelas-kelas bawah seperti Sifir dan 1 MID(Madrasah Ibtidaiyah Diniyah) jumlahnya akan terus berkurang saat memasuki kelas 4 MID keatas.Bahkan yang awalnya puluhan sampai ratusan,jumlah itu bisa di hitung dengan jari setelah memasuki jenjang menengah baik MTsD(Madrasah Tsanawiyah Diniyah) atau MAD (Madrasah Aliyah Diniyah)

Memang tidak mudah bisa menimba Ilmu di Pesantren dalam kurun waktu yang cukup lama.Karna dalam perjalannya ada saja santri yang harus tereliminasi oleh keadaan.Satu demi satu harus berguguran.Karna hal itu bisa terjadi apabila Santri dan Walinya memiliki tekad yang sama.Adapun yang terjadi ada banyak Wali Santri yang menginginkan anaknya betah di Pesantren tapi si anak tidak bisa lagi di paksa.Sebaliknya terkadang ada banyak Santri yang terus ingin menimba ilmu tapi harus menyerah dengan keadaan saat orang tuanya tidak mampu lagi membiayainya.

Tapi satu hal yang mungkin perlu di garis bawahi.Hemat penulis "Sesebentar apapun Santri itu berada di Pesantren itu jauh lebih baik dari pada tidak sama sekali".Karna paling tidak selama berada di Pesantren mereka di Kenalkan dengan Ilmu Agama seperti Tauhid,Fikih dll. yang akan menjadi pegangan hidupnya,serta Akhlakul Karimah yang menjadi bekal mengarungi kehidupan bermasyarakat di dunia.

Wallahu A'lam.

Oleh : Ja'far Sodik


Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer